Home »
Cermin
,
Motivasi
»
Inspirasi
By Unknown
on
Thursday, December 12, 2013
with
0 comments
Darimanakah ia harus memulainya? Sedikit pun inspirasi tak melintas dalam otaknya. Telah berjam-jam, dengan berbagai posisi: duduk, rebahan atau tengkurep di kasur sambil memandangi dinding-dinding kamarnya yang bergaris coklat bekas lelehan air hujan. Inspirasi itu belum juga datang. Ia berharap, kehadirannya akan menghasilkan sebuah karya, dari tangannya sendiri, yang akan mengguncang pertiwi.
Dan waktu pun meluncur tanpa kendalinya.
Di dalam kamar, angannya melambung, terpaku dalam sejarah. Tentang orang-orang besar, yang telah melahirkan karya, menembus jantung peradaban. Menorehkan sejarah baru bagi umat manusia. Ia pun ingin berpacu, berlomba dengan orang-orang besar itu, yang tak hilang dimakan zaman. Sepanjang masa.
Dan sejarah sudah mencatat. Daftar orang-orang yang telah mengguncang dunia, yang telah memberi warna bagi peradaban umat manusia. Karya mereka, yang merupakan masterpiece itu, telah terukir meghiasi langit-langit kehidupan. Mereka telah menorehkan secuil inspirasi di atas kertas dengan tinta-tinta yang telah melintasi ruang dan waktu. Meskipun jasad mereka telah menyatu dengan tanah. Merekalah para pemilik dunia ini. Karya mereka telah berjalan di atas kepala ribuan umat manusia atau dalam bahasa Peter Ustinov di tahun 1958: mereka telah menghantui ingatan seseorang, telah meninggalkan secercah rasa di hati jutaan umat manusia. Termasuk dirinya.
Mereka berkutat dengan waktu, bercengkrama dengan mesra di rongga kehidupan demi sebuah inspirasi. Penyejuk jiwa, yang telah mengantarkan mereka ke jantung kehidupan.
Ia masih ingat akan perkataan Albert Einstein di tahun 1954: Orang dewasa normal, tak pernah memusingkan diri dengan persoalan ruang dan waktu. Segala hal yang berkaitan dengan itu, menurutnya, sudah pernah ia pikirkan di masa kanak-kanak. Saya sebaliknya, berkembang begitu lamban sehingga saya baru mulai bertanya-tanya soal ruang dan waktu ketika saya sudah dewasa. Akibatnya, saya menyelami pertanyaan-pertanyaan itu secara lebih mendalam ketimbang anak biasa.
Einstein menyelam begitu dalam di pusaran waktu, hingga ia memahami: Saya tak pernah memikirkan masa depan, karena datangnya terlalu cepat. Di dalamnya, waktu telah meginspirasi Einstein.
Dan seorang sahabatnya. Hanya seorang sahabat pena, mengatakan sesuatu padanya.
” Jadilah manusia....”
“ Lah, saya memang manusia,” ucapnya meyakinkan diri.
“ Sudah punya karya?”
“ Belum… tapi saya tetap manusia sekali pun belum punya karya!”
“ Bagiku, tidak. Kau masih tinggal sebagai binatang...”
Terusik, marah? Tapi setidaknya itu menjadi motivasi tersendiri baginya. Untuk itu, ia masih kerasan di sana, menghabiskan berjam-jam waktunya, untuk sebuah inspirasi, yang kelak akan menjadi sebuah karya. Menjadikan dirinya seorang manusia. Setidaknya untuk membuktikan kepada sahabatnya, bahwa ia juga adalah manusia.
Ia selalu terobsesi....
"Catatan yang terlewatkan... 09 Juni 2003"
Related Posts
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...!!!
1. Berkomentarlah yang relevan dan menggunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang komentar yang mengandung unsur SARA
3. No Spam No Live Link