Setiap
membaca kisah tentang Hachiko, ada rasa yang tergugah, yang perlahan menyusup
ke relung hati. Sebuah kisah yang menuturkan tentang arti kesetiaan,
hingga ajal menjemput.
Mungkin, bagi beberapa pembaca, kisah Hachiko sudah tak asing lagi. Pada kesempatan
ini, mengutip dari Wikipedia, saya ingin berbagi tentang sesuatu arti dan makna
kesetiaan, meski kita belajar hal itu dari seekor anjing yang sepanjang usianya
tetap setia terhadap 'tuannya'. Bukankah dari hal apapun di dunia ini,
kita bisa memetik hikmah dan menyerap inti sari kehidupan serta belajar untuk
lebih baik?!!!
Hachiko adalah seekor anjing jantan
jenis Akita Inu kelahiran Odate, Prefektur
Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan.
Setelah majikannya meninggal, Hachiko terus menunggu majikannya yang tidak
kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo. Julukan baginya
adalah Hachiko Anjing yang Setia. Patung Hachiko di depan Stasiun
Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya. Sewaktu membuat
janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk bertemu di depan
patung Hachiko.
Lahir 10 November 1923
dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Oshinai-go, namanya
sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Giichi Saito dari kota
Odate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi dipungut oleh keluarga
Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu. Ia dimasukkan ke
dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang
berangkat dari Stasiun Odate, 14 Januari 1924. Setelah
menempuh perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno, Tokyo.
Hachi menjadi anjing
peliharaan Profesor Hidesaburo Ueno yang mengajar ilmu pertanian
di Universitas Kekaisaran Tokyo. Profesor Ueno waktu itu berusia 53 tahun,
sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno adalah pecinta anjing.
Sebelum memelihara Hachi, Profesor Ueno pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, namun semuanya tidak
berumur panjang. Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya,
Hachi dipelihara bersama dua ekor anjing lain, S dan John. Sekarang, lokasi
bekas rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Department
Store sekarang.
Ketika Profesor Ueno
berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah
atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, bersama S dan John, Hachi
kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari,
Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.
Pada 21
Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak
meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan
tidak mau makan selama 3 hari. Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno,
upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan
pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno
sudah meninggal. Ditemani John dan S, ia pergi juga ke stasiun untuk menjemput
majikannya.
Nasib malang ikut menimpa
Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata
tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John dititipkan kepada salah
seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di
kawasan Nihonbashi. Namun cara Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan
pembeli ternyata tidak disukai. Ia kembali dititipkan di rumah seorang kerabat
Yae di Asakusa. Kali ini, kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara
pemiliknya dan tetangga di Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri
angkat Profesor Ueno di Setayaga. Namun Hachi suka bermain di ladang dan
merusak tanaman sayur-sayuran.
Pada musim
gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi
tukang kebun bagi keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi terletak di
kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya. Setiap
harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu
kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.
Pada tahun 1932, kisah Hachi menunggu
majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saito dari Asosiasi
Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami
Hachi di stasiun, Saito menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut
dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya
roken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik
Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu
kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang,
dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula,
akhiran ko (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan
orang memanggilnya Hachiko.
Sekitar tahun 1933, kenalan Saito,
seorang pematung bernama Teru Ando tersentuh dengan kisah Hachiko. Ando ingin
membuat patung Hachiko. Setiap hari, Hachiko dibawa berkunjung ke studio milik
Ando untuk berpose sebagai model. Ando berusaha mendahului laki-laki berumur
yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachiko. Orang tersebut menjual kartu
pos bergambar Hachiko untuk keuntungan pribadi. Pada bulan Januari 1934,
Ando selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachiko, dan proyek
pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda
Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton
hadir untuk melihat Hachiko.
Patung perunggu Hachiko
akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan
pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachiko bersama sekitar
300 hadirin. Ando juga membuat patung lain Hachiko yang sedang bertiarap.
Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya
kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kojun.
Selepas pukul 06.00 pagi,
tanggal 8 Maret 1935, Hachiko, 13 tahun, ditemukan sudah tidak
bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat tersebut
berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachiko biasanya tidak pernah pergi ke sana.
Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.
Pintu keluar Stasiun JR Shibuya yang berdekatan dengan patung Hachiko disebut
Pintu Keluar Hachiko. Sewaktu didirikan kembali tahun 1948, patung Hachiko
diletakkan di bagian tengah halaman stasiun menghadap ke utara. Namun setelah
dilakukan proyek perluasan halaman stasiun pada bulan Mei 1989, patung
Hachiko dipindah ke tempatnya yang sekarang dan menghadap ke timur. Pada
tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachiko
ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di
Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung
tersebut merupakan karya pematung Takeshi Ando, anak laki-laki Teru Ando.
Film Hachiko Monogatari karya
sutradara Seijiro Koyama mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Pada
bulan berikutnya diresmikan patung Hachiko di kota kelahirannya, Odate. Monumen
peringatan ulang tahun Hachiko ke-80 didirikan 12
Oktober 2003 di lokasi rumah kelahiran Hachiko di Odate. Sebuah drama
spesial tentang Hachiko ditayangkan jaringan televisi Nippon Television pada
tahun 2006. Drama sepanjang dua jam tersebut diberi judul Densetsu
no Akitaken Hachi (Legenda Hachi si Anjing Akita). Pada tahun
2009 film Hachiko: A Dog's Story karya sutradara Lasse
Hallstrom mulai diputar dan dibintangi oleh Richard
Gere dan Joan Allen. (eN)
Related Posts
18 komentar
aduuuuhhhh., terharu banget deh bacanya nh gan ;-( semoga aja menular di Indonesia
sampai di film kan gan hachiko ini
haduhh nyentuh banget gan, pengen nangis deh..
patut dicontoh nih kesetiannya :)
saya pernah nonton filmnya :'(
haciko klo g slah
sedih juga ceritanya hiks :'(
terharu....
ane jadi ikut terharu bacanya
wah kisah yang bagus gan
saya perna nonton film ini gan :D sedih gan, kadang hewan itu sangat sangat setia tak seperti manusia
Pernah Denger Nih Kisahnya, Bahkan Ada yang jadiin Film, Nice Gan.
sedih ceritanya sob ;-(
anjing bernama Hachi saja bisa menjaga kesetiaan dengan teguh...seharusnya manusia bisa bersikap lebih baik daripada anjing itu,,,namun sayang manusia kebanyakan lebih suka berhianat daripada setia.....Keep happy blogging always…salam dari Makassar :-)
aku juga pernah nulis tentang hachiko ini. pas nonton sesenggukan nangis bombay aaakk... mengharukan :')
andai manusia sesetia hachiko :)
Hachiko :'(
gila setia banget tuh
ampe terharu ;-(
Hiks terharu Hachiko
;(( andaikan semua manusia sesetia hachiko, pasti gak ada perceraian dan segala macamnya. anjing aja setia, masa manusia gak?
kalo gak salah hachiko itu anjing dari seorang di kuil ya bener gakl bro?
filmnya buat terharu bgt ;((
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...!!!
1. Berkomentarlah yang relevan dan menggunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang komentar yang mengandung unsur SARA
3. No Spam No Live Link